Kamis, 31 Maret 2016

Cerpen 2

Asa kembali lagi dengan keindahan hidup yang bebas yang dialaminya selama jauh dari orang tuanya yang super protektif. Asa mulai merasa bosan dengan kehidupannya. Sampai dia bertemu dengan kenalan baru atau lebih tepatnya baru akrab setelah kejadian itu. Malam itu ketika Asa kembali dari rutinitas dunia malamnya, dia mengendarai mobil ugal-ugalan sampai akhirnya menyerempet seorang gadis dengan sepedanya. Gadis itu tak terluka parah, tapi Asa menabrak pohon dan tidak sadarkan diri. Tubuhku basah, entah apa itu sampai aku merasakan semua gelap.

Aku merasa silau akan cahaya itu, entah cahaya dari mana. Saat kubuka mata,semua masih tidak jelas. Kembali ku kucek-kucek mataku, sampai akhirnya aku melihat ada bayangan di hadapanku. Ibu, sosok itu ibuku yang sangat ku sayangi. Tapi kenapa ibu menangis? Saat ku lihat di hadapannya ada sesuatu. Tapi itu adalah aku, kenapa bisa tubuhku ada disitu. Disekitar ibu ada banyak orang, ada kakakku dan saudara ibu lainnya. Tapi sosok ayah tidak ada disitu, dimana dia? Aku bertanya pada kakak dan ibu,kenapa mereka menangisi aku. Sedangkan aku ada disamping mereka, semua tidak menggubrisku yang mengoceh dari tadi. Aku berkeliling di beberapa kamar, ada banyak orang tapi mereka tidak menghiraukanku. Yah sudah, aku sibuk mencari orang lain sampai didepan kamar lamaku yang masih sama seperti saat ku tinggalkan dulu. Ada seseorang disana, saat aku mendekat ada ayah disana. Ayah sudah semakin tua,rambutnya semakin memutih, wajahnya tak setegas dulu, diwajahnya sudah dipenuhi keriput dan diwajahnya ada air mata yang tak henti menetes. Ditanganya ada fotoku saat SMA, tetesan air mata ayah membasahi foto itu. Ayah berubah! Dia menangisi fotoku. Kenapa? Aku kembali melihat tubuhku, disana ibu mulai menangis lebih keras dan memeluk tubuh itu dan berteriak "kenapa harus begini caramu pergi anakku?bangunlah dan kembali ke sisi ibu nak, maafkan ibu tak bisa menjagamu" kakak disamping ibu terus menenangkan. Akhirnya aku paham, akulah yang mereka tangisi karena kepergianku. Ingatanku kembali saat mengingat kejadian malam itu. Oh tidak, malam itu akhir dari petualanganku yang bebas. Semua berakhir saat begitu banyak kesalahan yang ku buat, dosa dan kehidupan yang bebas itu belum ku perbaiki dan sekarang aku harus meninggal? Atau lebih tepat dikatakan MATI karena hidupku lebih tak berharga daripada binatang. Penyesalan itu mulai mrngganggu pikiranku, meninggal dengan cara yang tragis. Itulah nasibku sekarang, orang tuaku menangisiku. Kebencian pada sikap mereka berubah menjadi iba, semua menjadi penyesalan yang amat dalam.

Kamis, 03 Maret 2016

Cerpen

Kebahagiaan tak seindah yang ku bayangkan

Semua berbeda dari cerita yang ku baca di dongeng anak, semua berbeda dari kebahagiaan yang ku tonton di sinetron atau film, dan semua tak sama seperti keindahan alur cerita dalam novel. Inilah kisah hidupku, gadis yang harus menjalani hidup dengan kenyataan yang tak seindah bayangannya. Asa.
 Kisah hidup yang telah ku jalani saat kecil sangat indah, dengan kakak yang sangat penyayang dan menuruti keinginanku, orang tua yang sangat sempurna dimataku, dan kehidupan berkecukupan bagiku sudah sangat indah bagai cerita dongen nan indah ku jalani.

Semua berbeda saat umurku bertambah, kakak yang selalu kudampakan mulai sibuk dengan dunia dewasanya, dan orang tua yang mulai berubah sikap. Mungkin tidak semua orang mengalami ini, tapi inilah kisah yang kualami tak seburuk cerita drama namun sulit juga ku lewati.

Semakin dewasa anaknya,semakin over penjagaan untuknya. Itulah orangtuaku, ketika saya keluar rumah keharusan pulang lebih cepat. Ketika teman-teman datang semua diintrogasi bak seorang terdakwa. Itulah hal yang dilakukan orang tuaku. Bagi orang lain ini biasa,namun sangat mempengaruhi psikologiku. Saya mulai menutup diri pada pergaulan, saya mulai merasa penjagaan yang membuatku berada dalam penjara.

Kisah buruk mulai berlanjut, kakak yang sudah mulai hidup didunia berbeda, sudah menemukan kehidupan barunya dengan menikah. Indah awalnya, ternyata tak seindah bayangan. Setahun pertama masih kebahagiaan dan kerikil kecil yang mampu dilewati, namun seiring berjalannya waktu semua berbeda. Ada hal yang tidak patut untuk dilakukan sebagai orang tua, IKUT CAMPUR. Ini hal terburuk yang menggangu rumah tangga kakakku. Orang tuaku terlalu ikut campur, semua harus sesuai keiinginanya. Mulai dari sikap menantu baru harus diubah sesuai kebiasaan mereka mengatur anaknya. Awalnya indah, tapi ternyata tak semudah dibayangkan. Sang menantu akhirnya merasa tak mampu akan aturan yang begitu banyak. Ia mulai menolak dan memberontak,inilah hal yang sangat mempengaruhi rumahtangga kakak saya. Mereka mulai bertengkar, orang tua lebih keras dalam menghadapi ini. Sang menantu kebanggaan menjadi duri yang sangat dibenci, orang tua memusuhinya. Sampai akhirnya sang menantu lebih memilih pergi. Rumah yang indah berubah neraka, hari-hari penuh canda tawa berubah nestapa, dan keharmonisan rumah itu berubah bak penjara. Anak-anaknya di beri aturan baru, setelah kegagalan yang dialami kakak. Semua hal di beri aturan main lebih keras. Sampai akhirnya keindahan dunia itu hilang tak tersisa. Sayapun mulai membuka diri, untuk mendapatkan kebahagiaan lain. Saat keinginan lanjut kuliah di luar kota yang jauh dari jangkauan orang tua menjadi pilihan utama.

Saya merasa bebas dengan kehidupan baruku, saya mulai berteman dengan semua kalangan. Saya mulai mencoba hal yang selalu dilarang, seperti keluar malam, mengunjungi diskotik, merasakan keindahan dengan obat-obatan terlarang, dan semua hal yang tidak pernah aku rasakan. Kuliah yang memang tidak menjadi tujuan utamaku, menjadi alasan utama untuk tetap hidup bebas jauh dari orang tuaku. Inilah aku yang baru, Asa dengan berbagai kebahagiaan dunia yang baru kurasakan.

Kamis, 02 Januari 2014

awal perjuangan

tidak terasa sudah 3 tahun terlewati di bangku kuliah....umur semakin bertambah, semakin ringan beban karena tidak ada perkuliahan lagi. namun hal ini belum selesai, ini baru awal perjuangan. tiba ditahap untuk membuktikan perjalanan selama 3tahun tidak sia-sia. tahap proposal sudah terlewatkan dengan penuh perjuangan, menyusun proposal dari awal, mengejar pembimbing, mendapatkan tanda tangan ACC dan UJIAN PROPOSAL. hari ujian pun tiba, namun harus dilewati tanpa kehadiran penguji I yang dapat berdampak tidak baik saat ujian hasil -_-. setelah ujian, tahap baru lagi yaitu perbaikan proposal dan turun meneliti. tapi semua tak semudah yang dibayangkan, perbaikan proposal yang tertunda-tunda karena faktor kemalasan. turun penelitian juga harus berhadapan dulu dengan pembimbing dua yang selalu bermasalah akan penelitianku nanti. entah apa masalahnya, tanpa ada solusi yang diberikan menambah penghalang dalam pengurusanku. semoga semua dapat terlewati....AMIN :) semoga ALLAH SWT membimbingku dalam menyelesaikannya.

Rabu, 26 Juni 2013

Bionomik “Sarcoptes scabiei”



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, di mana pelayanan kesehatan masyarakatnya belum memadai sehubungan dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Permasalahan utama yang dihadapi masih didominasi oleh penyakit infeksi yang sebagian besarnya adalah penyakit menular yang berbasis lingkungan.
Skabies ditemukan disemua Negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6% - 27% dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakit skabies dalam masyarakat diseluruh Indonesia pada tahun 1996 adalah 4,6% - 12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Skabies atau kudis adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi tungau Sarcoptes scabiei .
Penyakit ini telah dikenal sejak lama, yaitu ketika Bonomo dan Cestoni mampu mengilustrasikan sebuah tungau sebagai penyebab skabies pada tahun 1689 (Montesu dan Cottoni, 1991) . Literatur lain menyebutkan bahwa skabies diteliti pertama kali oleh Aristotle dan Cicero sekitar tiga ribu tahun yang lalu dan menyebutnya sebagai "lice in the flesh" (Alexander, 1984) . Tungau ini mampu menyerang manusia dan ternak termasuk hewan kesayangan (pet animal) maupun hewan liar (wild animal) (Pence dan Ueckermann, 2002) .


B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diketahui yaitu:
1.    Apa yang dimaksud Sarcoptes scabiei dan sumbernya?
2.    Apa akibat Sarcoptes scabiei di lingkungan?
3.    Bagaimana bionomic dari Sarcoptes scabiei?
C.   Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui Sarcoptes scabiei dan sumbernya, apa akibatnya bila Sarcoptes scabiei ada dilingkungan, dan bionomic dari Sarcoptes scabiei.


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Sarcoptes scabiei
1.    Klasifikasi
Sarcoptes scabiei adalah Arthropoda yang masuk ke dalam kelas Arachnida, sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata dan famili Sarcoptidae. Beberapa tungau sarcoptid yang bersifat obligat parasit pada kulit antara lain Sarcoptidae (mamalia), Knemidokoptidae (burung / unggas) dan Teinocoptidae (kelelawar) . Famili Sarcoptidae yang mampu menular ke manusia, yaitu S. scabiei, Notoeders cati (kucing) dan Trixacarus caviae (marmut) (Mc Carthy et al., 2004). Chakrabarti (1986) melaporkan kejadian skabies manusia akibat infestasi Notoeders cati .
2.    Morfologi
Tungau S. scabiei berwarna putih krem dan berbentuk oval yang cembung pada bagian dorsal dan pipih pada bagian ventral . Tungau betina dewasa berukuran 300 - 500 x 230 - 340 μm sedangkan yang jantan berukuran 213 - 285 x 160 - 210 pm. Permukaan tubuhnya bersisik dan dilengkapi dengan kutikula serta banyak dijumpai garis-garis paralel yang berjalan transversal. Stadium larva mempunyai tiga pasang kaki sedangkan dewasa dan nimpa mempunyai empat pasang kaki (Chandler dan Read, 1989; Urquhart et al ., 1989) .
Spesies tungau ini pada tiap-tiap jenis hewan hanya berbeda dalam hal kurannya, sedangkan morfologinya sulit untuk dibedakan. Fain (1978) mempelajari perbandingan morfologi antara varian S. scabiei untuk mengidentifikasi spesies dan subspecies dari inang yang bervariasi . Sebanyak tiga puluh spesies dan lima belas varietas telah mampu didefinisikan ke dalam genus Sarcoptes. Ukuran tungau betina pada karnivora lebih kecil (320 - 390 x 250 - 300 μm) daripada tungau pada manusia (390 - 500 x 290 – 420 μm). Hasil penelitian Fain (1978) menunjukkan bahwa hanya ada satu spesies di dalam genus Sarcoptidae dan adanya beberapa varian di dalam spesies akibat terjadinya interbreeding yang terus menerus antara populasi tungau yang menginfestasi manusia dan hewan.
3.    Siklus Hidup
Siklus hidup dari telur hingga menjadi tungau dewasa memerlukan waktu 10 - 14 hari sedangkan tungau betina mampu hidup pada induk semang hingga 30 hari (Urquhart et al ., 1989). Literatur lain menyebutkan bahwa durasi siklus hidup S. scabiei berkisar 30 - 60 hari (Wendel dan Rompalo, 2002) . Tungau betina mengeluarkan telur sebanyak 40 – 50 butir dalam bentuk kelompok-kelompok, yaitu dua-dua atau empat-empat. Telur akan menetas dalam waktu tiga sampai empat hari dan hidup sebagai larva di lorong-lorong lapisan tanduk kulit . Larva akan meninggalkan lorong, bergerak ke lapisan permukaan kulit, membuat saluran-saluran lateral dan bersembunyi di dalam folikel rambut. Larva berganti kulit dalam waktu dua sampai tiga hari menjadi protonimpa dan tritonimpa yang selanjutnya menjadi dewasa dalam waktu tiga sampai enam hari (Urquhart et al ., 1989 ; Levine, 1990) .
4.    Daya tahan Sarcoptes scabiei
Menurut Arlian (1984) membuktikan bahwa tungau pada manusia dan anjing dapat bertahan hidup selama 24 - 36 jam dalam kondisi suhu ruangan (21°C, RH 40 - 80%) serta masih mampu untuk menginfestasi ulang induk semangnya . Tungau hidup berhasil ditemukan oleh Arlian. (1988) di rumah penderita skabies dan masih mempunyai daya infestasi yang cukup tinggi. Penelitian lain menyebutkan bahwa tungau manusia mampu bertahan hidup selama tiga hari di luar induk semangnya dan mampu menginfestasi para pekerja laundry, sedangkan tungau pada hewan terbukti mampu menginfestasi manusia namun diduga tidak mampu menyelesaikan siklus hidupnya (Thomas et al ., 1987 ; Meinking dan Taplin, 1990).
Tungau skabies lebih suka hidup didaerah yang berkulit tipis seperti sela jari, penggelangan tangan, kaki, aksila, umbilikus, penis, areola mammae dan dibawah payudara wanita. Kutu dapat hidup diluar kulit manusia hanya 2 – 3 hari dan pada suhu kamar 21 derajat celsius dengan kelembaban relatif 40 – 80%. Kutu jantan membuahi kutu betina dan kemudian mati. Kutu betina kemudian menggali lobang ke dalam epidermis membentuk terowongan didalam stratum korneum. Kecepatan menggali terowongan 1 – 5 mm/hari. Kemudian kutu betina mati di ujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea, pada permukaan kulit dapat bergerak kurang lebih 2,5 centimeter permenit (Harahap, 2000).
B.   Sejarah Sarcoptes scabiei
Pakar yang pertama mengungkapkan penyakit skabies adalah dokter Aboumezzan Abdel Malek Ben Zohar yang lahir di Spanyol pada tahun 1070 dan wafat di Maroko pada tahun 1162. Dokter tersebut menulis sesuatu yang disebut ”soab” yang hidup pada kulit dan menimbulkan rasa gatal. Bila kulit digaruk muncul binatang kecil yang sulit dilihat dengan mata telanjang.
Pada tahun 1687 Giovan Bonomo menyatakan bahwa seorang perempuan miskin dapat mengeluarkan ”little bladder of water” dari lesi skabies anaknya. Pada tahun 1812 Bonomo telah menemukan sercoptes skabiei yang dijelaskan oleh Meunir. Penemuan tersebut yang dibuktikan oleh temuan orang lain. Pada tahun 1820 Raspail menyatakan bahwa tungau yang ditemukan Gales identik dengan tungau keju sehingga Gales dinyatakan sebagai penipu penemuan. Gales baru diakui pada tahun 1839 dengan berhasil mendemontrasikan cara mendaptkan tungau dari penderita skabies dengan sebuah jarum (Kandun, 2000).
C.   Epidemiologi scabies
Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit scabies banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, insidennya sama terjadi pada pria dan wanita. Insiden skabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemik dan permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10 – 15 tahun (Harahap, 2000).
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4.6%-12,9%, dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di Bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 734 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi scabies adalah 6% dan 3,9%. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai (Depkes. RI, 2000).
Ciri-ciri seseorang terkena skabies adalah kulit penderita penuh bintik-bintik kecil sampai besar, berwarna kemerahan yang disebabkan garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi (Djuanda, 2006). Ginanjar, 2006 menyatakan ada empat tanda kardinal yaitu :
1)    Pruritus nokturna yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2)    Penyakit ini menyerang secara kelompok, mereka yang tinggal di asrama, barak-barak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih besar terkena penyakit ini. Penyakit ini amat mudah menular melalui pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Skabies mudah menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah.
3)    Adanya torowongan (kunikulus) dibawah kulit yang berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Jika terjadi infeksi sekunder oleh bakteri maka akan timbul gambaran pustula (bisul kecil), lokalisasi kulit ini berada pada daerah lipatan kulit yang tipis seperti sela-sela jari tangan, daerah sekitar kemaluan, siku bagian luar, kulit sekitar payudara bokong dan perut bagian bawah.
4)     Menemukan tungau pada pemeriksaan kerokan kulit, merupakan hal yang paling diagnostik, dapat ditemukan satu atau lebih stadium tungau ini
D.   Penularan Sarcoptes scabiei
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun cara penularanya adalah :
1)    Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan cara tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.
2)    Kontak tak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut, pakaian dalam dan penderita perempuan. Skabies Norwegia, merupakan sumber utama terjadinya wabah skabies pada rumah sakit, panti jompo, pemondokan/asrama dan rumah sakit jiwa karena banyak mengandung tungau (Djuanda, 2006).
Sasaran dari Sarcoptes scabiei untuk menyebarkan penyakit yaitu :
a)    Skabies pada hewan
Kejadian skabies dapat terjadi pada semua hewan berdarah panas, seperti kambing, domba, kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, unta, anjing dan hewan liar lainnya (Arlian 1988) . Penyebab kematian rubah merah (Vulpes vulpes), anjing hutan (coyote) dan Vombatus ursinus dilaporkan oleh Martin . (1998) dan Bates (2003) yang diduga kuat akibat penyakit skabies .
Umumnya, gejala klinis yang ditimbulkan akibat infestasi S. scabiei pada hewan hampir sama, yaitu gatal-gatal, hewan menjadi tidak tenang, menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding kandang dan akhirnya timbul peradangan kulit . Bentuk eritrema dan papula akan terlihat jelas pada daerah kulit yang tidak ditumbuhi rambut . Apabila kondisi tersebut tidak diobati, maka akan terjadi penebalan dan pelipatan kulit disertai dengan timbulnya kerak (Walton, 2004). Gejala tersebut timbul kira-kira tiga minggu pascainfestasi tungau atau sejak larva membuat terowongan di dalam kulit (Sungkar, 1991) .
b)    Skabies Pada Manusia
Pada daerah tropis terutama di kalangan anak-anak dari lingkungan masyarakat yang hidup berkelompok dalam kondisi berdesak-desakan dengan tingkat higiene, sanitasi dan sosial ekonomi yang relatif rendah . Gejala klinis akibat infestasi tungau S. scabiei akan menimbulkan ruam-ruam dan rasa gatal yang parah terutama pada malam hari atau setelah mandi . Rasa gatal diduga akibat sensitisasi kulit terhadap ekskret dan sekret tungau . Fimiani et al. (1997) menyebutkan bahwa S. scabiei mampu memproduksi substansi proteolitik (sekresi saliva) yang berperan dalam pembuatan terowongan, aktivitas makan dan melekatkan telurnya pada terowongan tersebut . Lesi kulit berawal pada terjadinya eritrema yang terus berkembang menjadi vesikula atau pustula. Adanya terowongan di bawah lapisan kulit merupakan ciri khas dari infestasi tungau ini . Sarcoptes scabiei memerlukan waktu kurang dari tiga puluh menit untuk masuk ke dalam lapisan kulit (Mc Carthy,2004) .
Umumnya tempat predileksi tungau adalah lapisan kulit yang tipis, seperti di sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, pinggang, punggung, pusar, dada termasuk daerah sekitar alat kelamin pada pria dan daerah periareolar pada wanita. Telapak tangan, telapak kaki, wajah, leher dan kulit kepala adalah daerah yang sering terserang tungau pada bayi dan anak-anak (Mc Carthy, 2004) melaporkan kasus scabies pada anak perempuan berumur delapan tahun yang disertai infeksi sekunder Staphylococcus aureus, sedangkan Currie (2004) memeriksa dua orang penduduk Aborigin (Australia) yang menderita skabies, yaitu seorang wanita berumur 36 tahun dan seorang pria berumur 47 tahun .
Selain data di atas, Podrumac (1998) dalam laporan tahunannya menyebutkan bahwa telah terjadi lebih dari 1000 kasus skabies di Slovenia dan 160 diantaranya adalah anak-anak . Prevalensi skabies pada anak-anak Aborigin-Australia di daerah terpencil mencapai 50% dan umumnya mereka mengalami reinfestasi tungau dari penderita lain yang belum sembuh (Currie, 2000) Penularan skabies pada manusia sama seperti cara penularan skabies pada hewan, yaitu secara kontak langsung dengan penderita . Pakaian, handuk, sprai dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita juga merupakan sumber penularan yang harus dihindari (Currie 2004).
Jumlah rata-rata tungau pada awal infestasi sekitar lima sampai sepuluh ekor, namun pada kasus skabies Kn.istasi, penderita dapat terinfestasi hingga jutaan ekor tungau (Wendel, 2002) . Tungau S. scabiei hidup dari sampel debu penderita, lantai, furniture dan tempat tidur Arlian penularan bagi manusia. Penularan dari hewan ke manusia secara alami pernah dilaporkan dan menjadi outbreak pada populasi manusia (Estes,1983) . Pernyataan ini didukung oleh Chakrabarti (1986) yang melaporkan sebanyak 48 orang yang kontak dengan kucing penderita skabies (Notoedres cati), tiga puluh diantaranya positif tertular tungau .
Ruiz(1977) melaporkan kasus skabies pada gadis berumur empat betas tahun yang tertular S. scabiei var. canis. Gadis tersebut hidup bersama dengan anjing yang menderita skabies, anjing normal juga dilaporkan tertular skabies dari gadis tersebut. Kegagalan pengobatan pada hewan piaraan (kesayangan) diduga karena reinfestasi dari manusia yang hidup bersamanya, terutama penderita dengan status atypical host. Pernyataan tersebut berdasarkan bukti bahwa, penderita skabies dengan atypical host mampu membatasi infestasi tungau dengan sendirinya (self-limiting infestations) hingga tiga betas minggu (Walton,2004).




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Skabies pada manusia dan hewan masih menjadi kendala bagi dunia peternakan dan kesehatan manusia . Penyakit ini harus mendapat perhatian yang serius dari lembaga-lembaga terkait sehingga penyebarannya tidak semakin luas .Lemahnya piranti diagnosis dan timbulnya resistensi tungau S. scabiei terhadap bermacam-macam akarisidal menjadi tantangan bagi para peneliti untuk menemukan akarisidal alternative yang aman bagi penderita dan bersifat rama lingkungan. Ciri-ciri seseorang terkena skabies adalah kulit penderita penuh bintik-bintik kecil sampai besar, berwarna kemerahan yang disebabkan garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi (Djuanda, 2006). Sasaran dari Sarcoptes scabiei untuk menyebarkan penyakit yaitu pada hewan dan manusia.
B.   Saran
Penyakit akibat Sarcoptes scabiei ini amat mudah menular melalui pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Skabies mudah menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah. Maka dari itu kebersihan harus di tingkatkan, dari diri sendiri dan lingkungan sekolah. Agar Sarcoptes scabiei tidak mengganggu kesehatan manusia maupun hewan peliharaan kita.

Laporan Kunjungan Lapangan “PT.KIMA“



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001).
Limbah cair merupakan bahan buangan yang salah satu komponen limbah cair yang timbul secara alamiah (dari aktivitas alam), limbah cair juga timbul akibat dari adanya aktivitas manusia sehari-hari yang merupakan hal dominan mencemari lingkungan., baik lingkungan perairan maupun lahan-lahan pertanian, perkebunan, peternakan, dan sebagainya. Limbah cair yang berasal dari aktivitas manusia bersumber dari rumah tangga, industri, perkantoran, dan rumah sakit.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Adapun salah satu industri pengelola air limbah adalah PT KIMA Makassar yang menampung berbagai air limbah dari kota Makassar dan diolah sebelum dibuang ke lingkungan. Dengan adanya instalasi pengolahan limbah ini dapat mengurangi dampak negatif  yang timbulkan bagi kesehatan dan lingkungan.
Dengan semakin bertambahnya dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatannya, maka jumlah air  limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai, danau, dan laut. Jika jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan. Salah satu industri primer pengolahan hutan merupakan penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar seperti pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.
Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang di bangun harus dapat dioperasikan dan di pelihara oleh masyarakat setempat. Jadi, tenologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan limbah cair untuk penyisihkan bahan polutan yang telah dicoba dan dikembangkan selama ini belum memberikan hasil yang optimal untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah, dan berkelanjutan.
Persoalan limbah cair adalah persoalan yang paling sering ditemui dibandingkan dengan persoalan limbah padat ataupun limbah gas. Bahkan tidak jarang limbah padat justru berubah atau disatukan menjadi limbah cair. Persoalan terbanyak dari limbah cair adalah limbah yang terkandung di dalam air atau dengan kata lain air limbah. Air limbah dapat berasal dari berbagai macam sumber, muai dari air hujan, air buangan, ruah tangga, perkantoran sampai industry.
Air limbah ini umumnya dibuang melalui saluran/got menuju sungai atau pun laut. Terkadang dalam perjalanannya  menuju laut, air limbah ini mencemari sumber air bersih yang dipergunakan oleh  manusia. Dengan demikian, penanganan air limbah perlu mendapat perhatian yang serius. Selain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air limbah juga dapat mengganggu lingkungan sekitar, hewan, ataupun bagi keindahan.

B.   Tujuan
  1. Untuk mengatahui pengolahan limbah pada industri di Kawasan Industri Makassar
  2. Untuk menambah ilmu dalam pengolahan limbah industry
  3. Untuk memenuhi nilai mata kuliah
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pelaksanaan Kunjungan
Hari Kunjungan             : Kamis, 30 Mei 2013
Waktu Kunjungan         : Pukul 13.00 – 16.00 WITA
Tempat Kunjungan       : Waste Water Treatment Plant (WWTP)
PT. Kawasan Industri Makassar
B.   Pembahasan PT.KIMA
PT KIMA didirikan tahun 1988, kawasan Industri Makassar terbentang diatas areal seluas 703 Ha, terletak 15 KM dari pusat kota Makassar yang juga ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Untuk komposisi saham di PT KIMA saat ini terdiri atas beberapa unsur antara lain Pemerintah RI (60%), Pemerintah Propinsi Sul-Sel (30%), dan Pemerintah Kota Makassar (10%).
Lokasinya amat strategis, terletak di poros jalan utama antara Makassar dan Bandara internasional Hasanuddin dan terhubung melalui jalan tol Ir. Sutami ke Pelabuhan laut internasional Soekarno-Hatta. Bisnis utama PT Kima adalah penjualan lahan industri dan penyewaan bangunan pabrik siap pakai. Sebagai kawasan yang dipersiapkan menjadi pusat pembangunan dan pengembangan berbagai industri di Kawasan Timur Indonesia (KTI),
Setelah sebelumnya berhasil mendapat pengakuan internasional berupa sertifikat ISO 9001, saat ini KIMA tengah berbenah mengejar ISO 14000, sebuah lisensi standarisasi kelayakan perusahaan dalam manajemen lingkungan. Selain itu, KIMA juga telah menggalang kemitraan dengan dunia internasional. Tahun 1992 telah dilakukan penandatanganan perjanjian kawasan perdagangan antara Trade Development Zone Darwin (TDZA) dengan KIMA, dan bermitra dengan China National Heavy Machinery Indutry tahun 2002 dalam bidang Informasi Bisnis, Ekonomi, Perdagangan, Industri dan peningkatan SDM.
PT KIMA telah dilengkapi sejumlah fasilitas pendukung seperti reservoir dengan kapasitas 2.300 meter kubik untuk mengantisipasi kekurangan suplai air dari PDAM Makassar. Mereka juga mengganti gardu induk dengan kapasitas 30 mega watt untuk mem-backup suplai listrik dari PLN, jaringan jalan yang dapat dilalui selama 24 jam, serta jaringan telekomunikasi dari PT Telkom dengan kapasitas 2.000 SST melalui sentral telepon otomat yang dibangun khusus untuk mengantisipasi percepatan informasi di kawasan yang letaknya 15 km dari pusat kota Makassar itu.
Selain itu, PT Kima juga telah dilengkapi unit pengolahan limbah industri dengan kapasitas 3.000 meter kubik per hari untuk menjadikan Kima sebagai kawasan industri yang ramah lingkungan. Perusahaan ini juga menyediakan sejumlah mobil patroli dan ambulans untuk mengantisipasi keamanan dan keselamatan kerja untuk semua perusahaan yang ada di dalamnya.
Limbah merupakan konsekuensi logis dari yang pendirian suatu industri walaupun tidak semua industri menghasilkan limbah. Bila limbah yang dihasilkan mengandung senyawa kimia yang berbahaya maka akan menimbulkan pencemaran air, tanah maupun udara yang akan mempenagruhi kesehatan manusia.
Aktivitas industri yang beragam meningkatkan jumlah kuantitas limbah yang dihasilakn dan karakteristik limbah yang dihasilkan makin kompleks. Akibatnya biaya infestasi yang dibutuhkan untuk pengadaan sarana pengolahan limbah meningkat dan lahan yang dibutuhkan semakin luas. Saat ini biaya penanganan limbah merupakan salah satu hal yang mendesak bagi pihak industri disamping masalah ketersediaan lahan makin sulit di daerah perkotaan.
Sampai tahun 2011, di dalam Kawasan Industri Makassar terdapat sekitar 230 industri didalamnya. Pengolahan limbah dikawasan tersebut dilakukan secara komunal dengan menyalurak limbah melalui pipa dan dialirkan ke lokasi pengolahan limbah cair yang juga terdapat di dalam kawasan tersebut. Di antara 230 industri yang menggunakan fasilitas tersebut terdapat 18 industri yang menghasilkan limbah cair yang berpotensi berbahaya karena mengandung bahan anorganik yang sulit dinetralisasi oleh lingkungan dan selebihnya hanya menghasilkan jenis limbah cair organik yang masih dapat diolah secara sederhana dan dampak yang ditimbulkan cenderung sedikit.
Industrialisasi dapat mendorong perkembangan pembanguanan, memacu laju pertumbuhan ekonomi akan tetapi indutri juga mengandung risiko lingkungan. Oleh karena itu adanya aktifitas industri dalam suatu kawasan dapat mengundang kritik dan sorotan masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif limbahnya yang menimbulkan gangguan kesehatan.
Waste Water Treatment Plant (WWTP) merupakan instalasi pengolahan limbah pusat seluruh limbah yang ada di kawasan industri Makassar. Seluruh limbah yang berasal dari pabrik-pabrik akan mengalir ke WWTP melalui pipa. Limbah-limbah tersebut merupakan inlet dari proses pengolahan limbah selanjutnya.
Tahap-tahap yang digunakan untuk mengolah limbah pada WWTP ada 3, yakni :
1.    Tahap Fisik
Tahap fisik yang dilakukan yaitu proses penyaringan dengan 2 proses penyaringan dengan ukuran yang berbeda. Penyaring pertama berukuran 5 cm dan yang kedua berukuran 1 cm. Limbah yang langsung berasal dari pabrik harus melalui proses penyaringan untuk menghilangkan limbah-limbah padat yang masih terkandung dalam limbah pabrik tersebut. Hal tersebut dilakukan guna mencegah/ menghindari terjadinya kenaikan BOD dan COD dari limbah padar tersebut.
 2.    Tahap Biologi
Dari proses penyaringan, limbah dipompa ke equalizing basin untuk proses selanjutnya. Di equalizing basin udara dimasukkan untuk menghidupkan mikroorganisme dari limbah yang telah ada. Setelah dari equalizing basin, limbah dialirkan ke oxidation ditch, dimana pada proses ini ditambahkan lumpur aktif. Mikroorganisme yang ada dalam limbah akan mendegradasi senyawa-senyawa organic yang ada dalam limbah. Sehingga senyawa organic yang merupakan sumber limbah terurai dan jumlahnya berkuran ataupun habis.
3.    Pengolahan Tambahan untuk Lumpur
Sedimentation tank berfungsi untuk mengendapkan sisa senyawa organik dan memisahkan antara air yang sudah layak dan senyawa organik. Air tersebut kemudian dipompa untuk dilakukan proses pembusaan dimana untuk meningkatkan kandungan oksigennya, dan selanjutnya siap untuk dipakai untuk lingkungan. Sedangkan senyawa organik yang tertinggal akan digunakan pada proses selanjutnya. Lumpur-lumpur yang merupakan sisa senyawa organik akan dikeringkan di kolam pengeringan dan kemudian setelah kering akan dipakai sebagai bahan bakar bekerja sama dengan PT. SEMEN TONASA. Lumpur yang kering tersebut harus dimusnahkan karena masih termasuk limbah B3 yang kemungkinan masih mengandung logam berat.
Biaya seluruh pengolahan limbah tersebut sangat mahal, sehingga dalam penggunaannya juga para staf Waste Water Treatmentplant (WWTP) PT.Kawasan Industri Makassar sangat berhati-hati agar tidak terjadi kerusakan. Dari pengolahan limbah cair di hasilkan air yang termasuk golongan 3 yakni air yang dapat digunakan untuk menyirami sayuran dan buah-buahan.
 Disekitar tempat pengolahan limbah cair tersebut terdapat perkebunan sayuran yang biasa di sirami dengan air hasil pengolahan limbah cair dari industri di PT.KIMA. sayuran tersebut di konsumsi oleh warga sekitar, staf jugga menambahkan  bahwa air tersebut baik untuk menyuburkan tanaman dan tidak berbahaya.

.
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Teknologi proses pengolahan limbah di industri khususnya di WWTP PT. KIMA menggunakan prinsip pengolahan limbah dasar dengan menambahkan udara ke dalam limbah yang sama dengan prinsip aerasi yang pernah dilakukan laboratorium.
B.   Saran
Perlunya pembaharuan teknologi pengolahan limbah yang lebih efektif dalam mengolah limbah-limbah industri dalam skala besar di WWTP PT. KIMA agar air yang dihasilkan dari pengolahan tidak hanya sampai pada tahap air lingkungan. Akan tetapi ditingkatkan untuk dapat digunakan kembali dalam industri, agar tidak terjadi pemborosan.